Langsung ke konten utama

Pelajaran Bermakna



Menulis adalah salah satu hobiku. Memang aku hanya menulis ketika tidak ada pekerjaan yang penting. Sekolahku mendidik murid-muridnya dengan cara memberi tanggungjawab yang tidak sedikit. Orang tuaku memilih sekolah itu untukku sebab mereka menilai diriku sebagai anak yang ceroboh dan suka menunda-nunda. Menurutku, itu sah-sah saja asal murid-muridnya juga dapat pelajaran yang bermakna. Bulan ini libur lebaran, aku mempunyai waktu banyak untuk menulis. Di samping itu, aku punya jadwal liburan dengan teman-temanku.
          2 Juli 2013. Di salah satu website yang aku ‘temukan’ dengan  tidak sengaja, terpampang pengumuman! Pengumuman lomba menulis se-Indonesia. Aku berinisiatif untuk mengikutinya. Cukup mudah aku melakukannya karena tema yang diberi sudah ada dalam draf-ku. Aku hanya merevisi sedikit dan melihat tanggal deadline yang masih 9 hari lagi dan di pukul 10 pagi. “Ah masih lama.” Besok adalah jadwalku dengan teman-teman. Berpikir kalau liburanku hanya seminggu, pengiriman hasil tulisanku pun aku tunda.
          Perjalanan kami menghabiskan satu hari perjalanan. Sangat menyenangkan menghabiskan sebagian liburanku bersama teman-teman. Menyusuri pantai, melihat pameran lukisan, membeli oleh-oleh untuk orang rumah, dan berbagai kegiatan yang jarang aku alami dan lakukan. Terbuai oleh kesenangan liburan, seminggu pun tidak terasa. Kami pulang dengan riang tapi hati sedih karena liburan ini terasa pendek. “Kayaknya baru kemarin kita pergi ya, teman-teman.” Setelah satu hari (lagi) perjalananRumahku seperti mengerti yang punya rumah pulang. Hawa rumahku mengantarku ke kamar tidur dan membiarkanku terlelap sampai esok hari.
          11 Juli 2013, pukul 9 pagi. Bangun dari tidur, mengulet. Badanku terasa kaku dan kakiku mendadak pegal sekali. Ini pasti efek perjalanan yang lama liburan kemarin. Buru-buru aku mandi, makan, dan merapikan kamar. Ibu menyuruhku membelikan gula di supermarket dekat rumah. Walaupun badan seperti habis pertandingan tinju, aku akhirnya menuruti perintah Ibu. Selama perjalanan dari rumah dan dari supermarket, aku memikirkan sesuatu. Apa aku melupakan barang di tempat liburan? Rasanya tidak. Apa aku salah pakai baju hari ini? Tidak juga. Sampai rumah aku memutuskan bermain internet dan aku ingat! Tulisanku belum aku kirim dan waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 pagi ini. Salahku telah menunda, padahal hanya attach email dan klik tombol send. Pupus sudah harapanku mendapatkan hadiah sebuah jam tangan dengan merk ternama. Terlambat! Aku tenyata belum bisa mengambil pelajaran bermakna dari sekolahku selama setahun ini. Ayah, Ibu, maafkan aku.

By: Faadhila Ramadhanti Mustikadewi
#ngabubuwrite

Komentar

Postingan populer dari blog ini

99 Cahaya di Langit Eropa Part 1 (Film)

Setelah baca novel karya Hanum Rais setahun yang lalu, akhirnya film itu muncul. 99 Cahaya di Langit Eropa akhirnya dijadikan film! Seneng banget lah dan hari pertama main, langsung pengen nonton, tapi baru kesampean kemarin, 8 Desember 2013 bareng temen-temen XI IPA 2 :D Gue mau review film 99 Cahaya di Langit Eropa ya, mohon maaf yang belum nonton, diliat dulu review-nya juga boleh hehe.             Hanum yang ikut dengan suaminya, Rangga--yang melanjutkan studinya di Wina--sempat merasa bosan. Hanum ingin pulang ke Indonesia, tetapi lambat laun, dengan orang dan lingkungan yang baru dikenalnya, seketika Hanum jatuh cinta terhadap Eropa! Semua berawal dari Hanum mengikuti kursus Bahasa Jerman. Dia bertemu seorang wanita berhijab yang ternyata bernama Fatma Pasha. Singkat cerita, Hanum banyak belajar dari seorang Fatma. Pelajaran paling berharga, yang membuat Hanum jatuh cinta terhadap Eropa adalah, ternyata banyak sekali rah...

Tepat 17 Tahun

Bismillahirrahmanirrahim.          Bismillah mulai hari ini, 26 Juli 2014, lebih mendekatkan diri padaNya. Gue tahu ini kewajiban, gue tahu ini akan jadi pertanggungjawaban Ayah di akhirat kelak. Ilmu yang gue sekarang punya, masih kurang. Semoga dengan keputusan gue ini (eh bukan keputusan, ini kesadaran gue akan kewajiban dari Dia kepada seluruh muslimah), akan banyak hikmah yang kelak gue dapat.          Teman-teman yang sudah mendorong gue terus, yang sudah mencontohkan, yang udah berhasil menyindir dengan segala cara (jahat ya wkwk), yang enggak ada bosan-bosannya mengingatkan gue dan nanyain terus kapan mulai, terima kasih banyak! Tanpa peran kalian, mungkin hanya ada sebatas niat tanpa implementasi. Semoga kebaikan kalian dibalas dengan yang lebih baik dari Yang Maha Pemberi Nikmat. Aamiin.          Dan ini yang baru gue inget! Gue lahir di Bogor, 7...

INAUGURASI MAXIMUSE #Magangers Batch VI Kompas Muda

     Yeah! Harus nulis lagi, berarti ada pengalaman baru lagi dari gue. Tanggal 11 Juli kemarin, MAXIMUSE atau batch gue di Kompas Muda, melaksanakan inaugurasi. Inaugurasi ini bukan pertemuan terakhir kita, hanya simbol bahwa Batch VI sudah menjadi keluarga besar Kompas! Hari yang susah buat dilupain, 11 Juli 2014. Hebohnya udah mulai dari pagi. Eh, malahan seminggu sebelumnya. Inget gak kita ribut nanya kostum apa yang mau dipake? Inget gak sehari sebelumnya kita, para perempuan bikin grup buat ngomongin catokan, hairspray, dan kawan-kawan, gara-gara gak mau ganggu kalian para laki-laki di grup MAXIMUSE? Inget gak waktu hari H kita pusing dandan di toilet, pusing mikirin pakai high heels atau flat shoes ? Inget gak para laki-laki, bingung jas dan kemeja serta dasi yang mau dipake? But, honestly, pada hari Jumat tanggal 11 Juli 2014, kita sudah tampil cantik dan ganteng kok hahaha. Hari itu, Magangers Batch V a.k.a Creafizoth udah keren banget bik...