Setelah baca novel karya Hanum Rais setahun yang lalu,
akhirnya film itu muncul. 99 Cahaya di Langit Eropa akhirnya dijadikan film!
Seneng banget lah dan hari pertama main, langsung pengen nonton, tapi baru
kesampean kemarin, 8 Desember 2013 bareng temen-temen XI IPA 2 :D Gue mau
review film 99 Cahaya di Langit Eropa ya, mohon maaf yang belum nonton, diliat
dulu review-nya juga boleh hehe.
Hanum yang
ikut dengan suaminya, Rangga--yang melanjutkan studinya di Wina--sempat merasa
bosan. Hanum ingin pulang ke Indonesia, tetapi lambat laun, dengan orang dan
lingkungan yang baru dikenalnya, seketika Hanum jatuh cinta terhadap Eropa! Semua
berawal dari Hanum mengikuti kursus Bahasa Jerman. Dia bertemu seorang wanita
berhijab yang ternyata bernama Fatma Pasha. Singkat cerita, Hanum banyak belajar
dari seorang Fatma. Pelajaran paling berharga, yang membuat Hanum jatuh cinta
terhadap Eropa adalah, ternyata banyak sekali rahasia-rahasia Islam di
sudut-sudut Eropa.
Di sisi lain, Rangga yang mempunyai
teman dekat bernama Khan dan Stefan, telah mengambil banyak hikmah di setiap
kejadian yang dia alami di Wina. Menurut saya, beruntung Stefan hadir di hidup
Rangga, karena dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Islam yang tidak dia percayai,
malah menambah ilmu dan kepercayaan Rangga terhadap agama Islam. Seorang Khan
yang sangat taat terhadap Allah SWT telah melengkapi hidup Rangga di universitas.
Dua teman yang berbeda yang dimiliki Rangga malah membuat Rangga belajar banyak
tentang Islam. Sempat Stefan bertanya pada Rangga yang sedang membawa anjingnya.
“Kenapa tidak boleh makan daging babi? You have to try, Rangga.” Rangga
hanya menjawab, “Saya haram makan daging babi, itu sudah menjadi aturan agama
saya. Di Indonesia banyak loh yang makan daging hewanmu ini.” Stefan kaget dan
bertanya, “Really? Why? Jahat sekali.” Rangga bertanya, “Iya bener. Saya
tanya, kenapa kamu marah kalau daging anjingmu ini dimakan?” Stefan langsung
menjawab, “Ya karena saya sayang anjing saya.” “Ya, begitu pun saya sayang dengan
Tuhan saya,” Rangga tersenyum.
Hanum sempat bertanya kenapa Fatma
belum bekerja padahal bahasa jermannya yang paling baik saat di kelas kursus. “Mungkin
salah satunya karena ini, Hanum,” kata Fatma sambil menunjuk hijabnya.
Hari-hari dilewati Hanum dengan pergi ke tempat-tempat yang direkomendasikan
oleh Fatma. Mereka pergi ke Bukit Kahlenberg, tempat di mana Eropa
berhasil merobohkan pertahanan Turki dan akhirnya mengalahkan Turki. Hanum juga
diajak ke Museum Wina oleh Fatma dan anaknya, Ayse. Di sana, Fatma
menangis saat melihat lukisan Kara Mustafa Pasha, pemimpin perang saat Turki
melawan Eropa. Fatma berkata bahwa Kara Mustafa telah melakukan hal yang sangat
fatal sehingga Turki bisa dikalahkan oleh Eropa. “Jadi kamu masih keturunan
Kara Mustafa?” Hanum bertanya. “Iya, Hanum,” jawab Fatma. Yang sangat membuat
Hanum kagum dengan Fatma adalah ketika mereka sedang menikmati roti croissant
di sebuah kedai. “Kamu tahu Hanum asal muasal biji kopi yang kamu minum?” Fatma
bertanya. “Dari mana memang, Fatma?” Hanum bingung. “Biji kopi ini bukan
berasal dari Eropa, tetapi dari Turki,” jawab Fatma. Tidak sengaja, Hanum mendengar
dua orang asing sedang asyik bercerita tentang roti croissant ini. “Kalau saya
makan roti ini, saya seperti menginjak-injak agama Islam. Lihat saja bentuk
roti ini seperti lambang bendera Turki bukan? Hahaha.” Kedua orang itu tertawa dan
Hanum pun merasa geram. Saat ingin bangkit dari kursinya untuk memberi mereka
pelajaran, Fatma menahannya dan berkata, “Tenang Hanum, saya ada cara lain.”
Fatma memanggil pelayan, memberi dia catatan kecil, dan membayar semua makanan
kedua orang asing tadi. “Kenapa kamu malah membayar semua makanan mereka?
Seharusnya kita bisa melawannya, Fatma. Kamu terima agama kamu diinjak-injak
oleh mereka?” Hanum masih ngotot dengan pendapatnya bahwa seharusnya kedua
orang tadi diberi pelajaran. “Lama-lama kamu juga akan mengerti, Hanum,” Fatma
hanya tersenyum. Di tempat lain, yaitu di kedai tadi, saat kedua orang asing
tadi ingin membayar makanannya, pelayan memberi catatan kecil kepada mereka.
Isinya kalau tidak salah: “Hi, I’m Fatma. I am Moeslem. Enjoy your eat.”
Rangga bingung dengan jadwal ujian
akhirnya yang bertepatan dengan sholat Jum’at. Dia sudah berusaha bicara pada
dosennya bahwa ia harus sholat Jum’at, sementara jika Rangga tidak ikut ujian
maka dia harus menunggu satu tahun lagi untuk lulus. Hasilnya nihil, Rangga
harus memutuskan. Khan selalu mengingatkan Rangga bahwa ibadah itu penting. “Saya
tidak akan meninggalkan sholat Jum’at, Rangga. Tidak ada kompromi.” Hari H pun
tiba. Rangga memilih tidak sholat Jum’at! Saat adzan berkumandang, Khan telah
berada di masjid untuk melaksanakan sholat Jum’at sedangkan Rangga memilih
untuk melaksanakan ujian. Selesai ujian, Hanum menjemput Rangga dan kaget
karena Rangga memilih untuk meninggalkan sholat Jum’at. Hanum akhirnya
mengantarkan Rangga untuk sholat Dzuhur. Setelah sholat, Rangga mengobrol
dengan imam masjid di situ dan bercerita tentang kesalahannya itu.
Hanum dan Rangga berencana pergi ke
Paris. Fatma menitipkan sesuatu kepada Rangga untuk Hanum dan kartu nama
temannya yang berada di Paris. “Teman saya akan menemani Hanum jalan-jalan biar
tidak mengganggumu,” Fatma tersenyum. “Haha that’s good idea. Thank
you very much,” kata Rangga. Akhirnya, Rangga dan Hanum pergi ke Paris dan
bertemu teman Fatma, Marion Latimer. Marion juga mengajak Hanum ke
tempat-tempat yang menyimpan rahasia-rahasia Islam. Marion mengajak Hanum ke
sebuah bangunan yang dibangun oleh Napoleon Bonaparte. “Di dalam sejarah Islam,
Napoleon ini akhirnya masuk Islam. Kamu bisa liat lurus dari bangunan ini?”
Marion memperlihatkan bahwa bangunan bersejarah yang ada di Eropa (lupa namanya
hehe) berada tepat lurus dari bangunan ini. Sambil memperlihatkan peta, Marion
berkata, “Coba kamu tarik garis lurus ke arah Timur, Hanum. Kamu akan menemukan
sesuatu.” “Apa, Marion? Tidak ada yang spesial di Eropa kecuali di luar Eropa,”
kata Hanum. “Iya benar, Hanum. Tempat itu berada di luar Eropa. Coba kamu
telusuri,” Marion bersemangat. “Eropa, terus ke Yunani, India, Saudi Arabia,
Mek..kah?” Hanum terhenti sesaat. “Kakbah, Marion? Jadi, Napoleon sengaja
membuat patung di atasnya menghadap Kakbah?” Marion hanya tersenyum melihat
Hanum tercengang. Lalu, Marion mengajak Hanum ke Louvre yang berupa
bangunan kaca berbentuk limas. Di dalam, Marion menunjuk lukisan Monalisa yang
merupakan lukisan fenomenal di dunia. “Hanum, ada lukisan yang lebih fenomenal
dari Monalisa. Mau tahu? Ikut saya ya,” Marion mengajak Hanum menyusuri
lukisan-lukisan sampai akhirnya berhenti di lukisan Bunda Maria. “Coba, Hanum.
Kamu perhatikan kerudung Bunda Maria. Kamu akan menemukan sesuatu,” Marion
menyuruh Hanum meneliti lukisan itu. “Tidak ada yang aneh dengan kerudungnya,
Marion,” Hanum bingung dengan maksud Marion. “Coba kamu lebih teliti, Hanum.
Saya yakin kalau kamu teliti, kamu akan menemukan sesuatu di kerudungnya,”
Marion masih terus menyuruh Hanum. Setelah beberapa saat, Hanum berkata, “Saya
melihat, seperti ada tulisan Arab di situ.” Marion langsung menjawab, “Iya
benar, Hanum. Itu memang tulisan Arab, tetapi tulisan Arab lama. Kamu tahu apa
tulisannya? Tulisannya adalah Laa illaha ilallah.” Hanum hanya bisa
bengong dan tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya. Marion bercerita
bahwa memang tulisan Arab banyak dipakai untuk lukisan-lukisan karena dianggap
bagus, tetapi mereka yang melukis tidak tahu apa arti yang terkandung di dalam
tulisan tersebut.
Alasan-alasan di ataslah yang membuat
Hanum jatuh cinta terhadap Eropa. Bukan karena Eiffel-nya, tetapi karena
fakta-fakta tentang Islam yang baru ia ketahui, dan itu sangat membuat Hanum
lebih cinta kepada Islam. Pada akhir film ini, Rangga bertanya pada Hanum, “Mau
kemana lagi kita?” Hanum menjawab, “Aku mau ke Cordoba dan Istanbul.” Rangga
bertanya lagi, “Ada apa di sana, Hanum?” Part 1 selesai dan Part 2 akan
melanjutkan kisah-kisah menarik Rangga dan Hanum. Masih banyak yang akan Hanum
ketahui dan pelajari. Mungkin sedikit review ini bisa menambah pengetahuan
blogger tentang sejarah Islam lebih dalam dan luas. Memang lebih menyenangkan
jika kita langsung berada di tempat-tempat indah itu, tetapi dengan menonton,
kalian juga sudah bisa merasakan sensasi berada di Eropa. Gue aja merinding
nonton film-nya hehe. Jadi, bagi yang malas baca novelnya (walaupun lebih lengkap
dan merinding baca novelnya), wajib nonton film ini juga tidak lupa baca review
di blog ini haha! 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA!!!
Yang akan meneruskan menjadi agen Islam,
Faadhila Ramadhanti Mustikadewi
Komentar
Posting Komentar