Langsung ke konten utama

Aku Bisa!

Hanya bisa di sini, tidak berkutik, menutup amygdala supaya tidak mengolah informasi apapun yang menyakitkan.

Saat ini, pikiranku dipenuhi banyak asumsi, bahkan yang tidak masuk akal sekalipun. Rasanya tidak ingin mengingat apa yang sudah berlalu. Supaya hati ini tenang dan tidak dirundung kesedihan yang berlarut.

Merapikan lagi kisah demi kisah sepertinya membuatku semakin sedih. Kelenjar air mata sudah merutuk ingin melakukan produksi berlipat. Namun, untuk apa? Aku sendiri yang berkata bahwa diri ini akan kuat. Hati dan mulut memang susah sinkron.

Hanya aku dan Allah yang benar-benar mengetahui keadaanku saat ini. Jika memang sedih, biarkan senyum ini tetap mengembang dan badan ini tetap melakukan aktivitasnya tanpa harus menunjukkan kesedihannya. Jika memang sedih, biarkan aku membuat kalian yang bertemu denganku setiap hari, tertawa dengan jokes recehku. Jika memang sedih, doakan supaya ‘penyebab’ nya pun akan segera kembali dan menjelaskan semuanya.

Yang diperlukan sekarang adalah keyakinanku yang besar pada diri sendiri. Rasanya ingin kembali ke diriku yang sama sekali tidak membayangkan ada di situasi seperti ini. Aku, bisa kuat melebihi yang kalian bayangkan. Aku, bisa tegar melebihi yang kalian harapkan. Aku, bisa menerima sesuatu yang menyakitkan melebihi yang kalian takutkan.


Kamu bisa, Faadhila! Selamat berproses menjadi kamu yang lebih baik. Bismillah.



-Faa-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelak Tawa dari Beragam Budaya

Viva La Komtung, kawan! Bahagia banget sih ada kontes blog review SUCI 5, jadi gue bisa memaparkan betapa sukanya gue dengan Stand Up Comedy ini. Awal gue suka sama SUCI itu tahun 2011 akhir, dimana SUCI 1 berlangsung, dan entah bagaimana gue langsung jatuh cinta sama SUCI. Gue ikutin terus acara Stand Up Comedy, entah acara tapping atau festival. Nah, yang paling ditunggu, ya, acara SUCI di KompasTV ini. Enggak kerasa, sekarang Season 5 udah kelar, dan enggak nyangka juga, cinta gue terhadap SUCI masih sama seperti 3,5 tahun lalu.             Percaya atau enggak, gue mencatat urutan-urutan komika yang tampil dari episode pertama sampai akhir. Ini gue awali dengan urutan di episode pertama, ya. Dan inilah komika-komika hebat yang bisa masuk ke tahap Show: 1.        Muhamad Tomi (TOMY) 2.        Ichsan Danny (BAIM) 3.        Indra Frimawan (INDRA) 4.        Rizky Ubaidillah (UBAY) 5.        Muhammad Rizki (RIGEN) 6.        Anjas Wira Buana (ANJAS) 7.        Barry

Eco Fun Go! Festival, Meet My New Family!

          Menjadi seorang volunteer Eco Fun Go! Festival adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Pandangan saya tentang volunteer menjadi lebih luas. Menjadi volunteer dalam acara besar ini ternyata tidak hanya menambah pengalaman saya, tetapi juga keluarga, informasi, juga motivasi baru. Mungkin terdengar ambisius, tetapi saat ada ‘lowongan’ untuk menjadi volunteer , hati saya tergerak untuk ikut karena sejujurnya jam terbang saya menjadi volunteer sangat minim. “Mungkin, ini kesempatan yang baik,” kata saya dalam hati waktu itu.            Apa yang membuat saya tertarik? Atau apa motivasi saya menjadi volunteer di Eco Fun Go! Festival? Ini adalah pertanyaan klise mungkin, kalau saja diadakan wawancara dari pihak Ecofun Community. Alhamdulillah, mereka sedang menyaring mahasiswa yang tinggal di sekitaran Bogor supaya mudah untuk mengadakan rapat dan segala persiapannya, mengingat hanya punya waktu kurang dari sebulan. Dan, saya termasuk.           Tapi, sa

'What If' Melihat dari Sisi Yang Berbeda dari Orang Lain

 Emang bener ya, kalo sisi yang kita liat beda dari orang lain itu gimana rasanya. Beda gitu kan rasanya, terus jadi minoritas, terus minoritas juga pendukungnya, seperti ditelan bumi. Kenapa ya ide yang terkadang bagus malah ditolak? Alasannya? Keperluan mayoritas. Kesannya tuh jadi kayak "Ini kan punya kita, kenapa denger omongan orang yang malah nurunin kualitas?" Greget banget hahaha. Gue ngeliatnya kok malah jadi semaunya sendiri. Hak nya jadi cuma berat sebelah. Apa mungkin pihak itu belum mengerti, apa itu kerja dalam tim? Entahlah. Gue merasa kerja keras disini tidak berbanding lurus sama hasilnya kelak. Salah gue ya? Gak sih, gue nya aja belum terbiasa. Mungkin ini ujian. Kesenjangan sosial pun masih ada, heran. Diskriminasi pun masih terasa, jujur aja gue gak nyaman sama keadaan sekarang. Mungkin senyum gue itu berarti "sama sekali gak nyaman", makanya gue senyum. Maaf ya ini, tapi kenyataan, sedih gue juga, gak mau sok-sok senyum di depan orang.... Intin