Langsung ke konten utama

Untukmu #2



Tidak ingin, tapi merasakan. Ya, kadang hidup selucu itu. 

Adakah yang salah dari mood yang tiba-tiba tidak bersahabat? Ingin keluar dari keramaian, menumpas siapapun yang menghalanginya pergi. Kesalahan itu terletak pada hati ini, kurasa. Tidak ada jaminan, kan, bahwa jika orang itu baik, dia akan baik selamanya? Teori macam apa itu?

Diri ini hampir memahami seluruh masalah hidupmu. Terpanggil atau terpaksa? Diri ini mencoba berbincang denganmu dengan syarat, menyesuaikan dengan keadaan hatimu. Kebaikan atau keterlaluan? Ah, aku pun tidak mengerti.

Sudah terlalu sering aku menerapkan teori yang aku dapatkan ketika duduk di bangku SD. Toleransi kepada orang lain. Anggap saja orang lain dalam konteks ini adalah dirimu. Hebat, kan? Hebat, karena aku bertahan dalam waktu yang aku juga tidak ingin hitung. Hebat, karena kamu membuatku berdiri di ‘titik’ ini sampai hari ini tanpa usaha sedikit pun.

“Hebat atau bodoh?” logikaku bersuara. Nampaknya, dia telah jengah terhadap apa yang aku lakukan selama ini.

Kamu selalu merasa dirimu lah yang paling menyedihkan di dunia ini. Kamu selalu berharap aku bisa melakukan negosiasi dengan masalah rumitmu itu agar ‘dia’ segera lenyap dari hidupmu. Kamu selalu lebih punya hak atas semua kata kerja aktif. Bisakah berhenti sebentar dan lihat keadaan lawan bicaramu? Bisakah lihat keadaanku? Aku yang selalu berusaha menutup kesedihanmu dengan menunjukkan kelebihanmu. Aku yang selalu memutar otak untuk membuatmu sadar betapa indahnya dunia ini. Aku yang selalu menjadi pemilik semua kata kerja pasif. Kamu mengerti maksudku.

Sama sekali tidak ada kata sesal atas semua yang sudah terjadi. Maaf karena aku terkesan pamrih. Maaf karena aku berharap kau juga tahu apa masalahku saat ini. Maaf karena mungkin tulusku belum sempurna. Mungkin, aku yang memang harus sering introspeksi bahwa saat ini aku dibutuhkan, bukan membutuhkan.

Terima kasih atas semua pelajarannya. Sampai kapan pun, aku yakin akan sulit melupakan interaksi antara kita. Andai kamu tahu bagaimana aku menghela napas panjang saat cerita itu kamu sampaikan. Andai kamu tahu hampir saja aku lupa bagaimana tersenyum dan bahagia saat kamu dengan lancarnya mengungkapkan semua perasaanmu padanya. Dan andai saja kamu tidak pernah muncul di kehidupanku, tulisan ini tidak akan lahir.

Jika kamu tahu bahwa yang aku tulis ini adalah kamu, jangan pernah merasa bersalah. Kamu akan tetap menjadi segelintir prioritasku saat ini. Karena kehadiranmu, aku semakin yakin bahwa suatu saat akan ada seseorang yang benar-benar menerimaku apa adanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

99 Cahaya di Langit Eropa Part 1 (Film)

Setelah baca novel karya Hanum Rais setahun yang lalu, akhirnya film itu muncul. 99 Cahaya di Langit Eropa akhirnya dijadikan film! Seneng banget lah dan hari pertama main, langsung pengen nonton, tapi baru kesampean kemarin, 8 Desember 2013 bareng temen-temen XI IPA 2 :D Gue mau review film 99 Cahaya di Langit Eropa ya, mohon maaf yang belum nonton, diliat dulu review-nya juga boleh hehe.             Hanum yang ikut dengan suaminya, Rangga--yang melanjutkan studinya di Wina--sempat merasa bosan. Hanum ingin pulang ke Indonesia, tetapi lambat laun, dengan orang dan lingkungan yang baru dikenalnya, seketika Hanum jatuh cinta terhadap Eropa! Semua berawal dari Hanum mengikuti kursus Bahasa Jerman. Dia bertemu seorang wanita berhijab yang ternyata bernama Fatma Pasha. Singkat cerita, Hanum banyak belajar dari seorang Fatma. Pelajaran paling berharga, yang membuat Hanum jatuh cinta terhadap Eropa adalah, ternyata banyak sekali rah...

Tepat 17 Tahun

Bismillahirrahmanirrahim.          Bismillah mulai hari ini, 26 Juli 2014, lebih mendekatkan diri padaNya. Gue tahu ini kewajiban, gue tahu ini akan jadi pertanggungjawaban Ayah di akhirat kelak. Ilmu yang gue sekarang punya, masih kurang. Semoga dengan keputusan gue ini (eh bukan keputusan, ini kesadaran gue akan kewajiban dari Dia kepada seluruh muslimah), akan banyak hikmah yang kelak gue dapat.          Teman-teman yang sudah mendorong gue terus, yang sudah mencontohkan, yang udah berhasil menyindir dengan segala cara (jahat ya wkwk), yang enggak ada bosan-bosannya mengingatkan gue dan nanyain terus kapan mulai, terima kasih banyak! Tanpa peran kalian, mungkin hanya ada sebatas niat tanpa implementasi. Semoga kebaikan kalian dibalas dengan yang lebih baik dari Yang Maha Pemberi Nikmat. Aamiin.          Dan ini yang baru gue inget! Gue lahir di Bogor, 7...

Gelak Tawa dari Beragam Budaya

Viva La Komtung, kawan! Bahagia banget sih ada kontes blog review SUCI 5, jadi gue bisa memaparkan betapa sukanya gue dengan Stand Up Comedy ini. Awal gue suka sama SUCI itu tahun 2011 akhir, dimana SUCI 1 berlangsung, dan entah bagaimana gue langsung jatuh cinta sama SUCI. Gue ikutin terus acara Stand Up Comedy, entah acara tapping atau festival. Nah, yang paling ditunggu, ya, acara SUCI di KompasTV ini. Enggak kerasa, sekarang Season 5 udah kelar, dan enggak nyangka juga, cinta gue terhadap SUCI masih sama seperti 3,5 tahun lalu.             Percaya atau enggak, gue mencatat urutan-urutan komika yang tampil dari episode pertama sampai akhir. Ini gue awali dengan urutan di episode pertama, ya. Dan inilah komika-komika hebat yang bisa masuk ke tahap Show: 1.        Muhamad Tomi (TOMY) 2.        Ichsan Danny (BAIM) 3.        Indra...