Aku benar-benar tidak
mengerti. Hampir dua belas purnama aku mengenalmu. Apa yang membuatmu selalu
memutuskan untuk terpuruk di waktu-waktu sendirimu? Jawabannya hanya satu dan
mungkin bertolak belakang dengan pendapatmu selama ini, “Aku bukan hal penting
di hidupmu”, bukan begitu?
Simpan kata-kata ‘terbaik’ mu,
katakan dan nyatakan pada orang yang tepat kelak, jangan kepadaku. Sejak saat
itu—saat pertama aku mengenalmu—mungkin saat itu juga aku berharap menjadi
orang yang mendengar kata-kata ‘terbaik’ mu kelak. Tapi, semakin mengetahui
segala tentangmu, aku semakin yakin bahwa ada batas diantara kita yang sangat
kokoh.
Aku hanya merasa sakit. Sakit
setiap kali kamu selalu menyalahkan diri sendri. Sakit setiap tahu kalau kamu
merasa tidak ada gunanya atas semua pencapaianmu saat ini. Sakit, karena
ternyata kamu tidak pernah menganggapku.
Sudah cukup banyak yang kita
perbincangkan, tetapi kurasa belum sedikit pun ‘pintu’ itu terkuak. Atau memang
tidak akan? Aku tahu bahwa berharap kepada manusia sangat dilarang, tetapi aku
penasaran dengan isi hati dan kepalamu.
Jangan terlalu banyak
berbohong! Aku tahu masalah utamamu. Aku juga tahu bahwa hidup tidak seburuk
yang kau pikirkan. Mengapa? Karena aku pun mengalaminya. Terpuruk dan memilih
untuk sendiri di saat-saat tertentu. Tapi, tolong, jangan pernah itu terjadi
kepada siapapun, apalagi dirimu.
Tidak usah berlagak mengetahui
takdir yang Dia berikan untukmu. Kau tidak tahu, kan, bahwa bisa saja banyak
orang yang mengagumimu dalam diam. Bisa saja kau tidak tahu kalau banyak yang
terinspirasi melihat tingkah lakumu. Bisa saja kau tidak peka dengan semua
nikmat yang telah Dia berikan. Hey, kau punya orang-orang yang menyayangimu!
Kau punya mereka di ‘lingkaran’mu.
Bahwa “Ditinggalkan oleh orang
yang ternyata sayang kepadamu, akan sangat menyakitkan”. Apa kamu egois? Hanya
memikirkan diri sendiri dan tidak peduli dengan sekitar. Apa kamu egois? Berani
mendeklarasikan bahwa dirimu sangat tidak berguna karena seseorang. Buka cara
pandangmu! Ingat, kamu masih punya orang tua dan saudara-saudara yang
mengharapkanmu hebat dan berhasil. Kamu masih punya sahabat yang terus
mendukung meski dengan cara yang ‘beda’. Dan, masih ada diri ini yang hampir
setiap hari berdoa untuk kebaikanmu.
Harusnya saat kamu jatuh, aku
bisa bantu untuk membangkitkanmu. Harusnya saat kamu gagal, aku bisa berusaha
untuk menyemangatimu. Tapi, nyatanya tidak bisa. Kenapa? Karena, lagi-lagi,
kamu hanya memikirkan dirimu sendiri. Saat kamu jatuh dan gagal, yang aku
rasakan justru perasaan sedih dan sakit yang amat dalam. Di titik itu, aku tahu
bahwa aku lebih jatuh karena usaha membangkitkanmu hanya seperti angin lalu. Di
titik itu, aku tahu bahwa aku lebih gagal karena optimisme ini ternyata berada
di bawah rasa pesimismu. Apa kamu pernah memikirkan ini?
Cukup tanyakan itu pada
hatimu. Apa yang menjadi masalahmu selama ini. Hidup tidak pernah adil, bung!
Selalu ada pro dan kontra, kau tahu persis itu. Aku hanya bisa membuatmu merasa
bahwa dunia ini tidak mencampakkanmu. Semesta ini pasti mendukung segala hal
positif yang kamu lakukan. Buka matamu, buka hatimu. Tetap tersenyum di kala
sedihmu. Dan selalu ingat, bahwa masing-masing kita sudah digariskan untuk
dicintai :)
Dariku,
R. A. F. R. M.
Komentar
Posting Komentar