Langsung ke konten utama

PART V



             Sosok Runy dan Gama muncul di ujung taman, mengarah ke kamar Dimas. Saat itu Deka sedang mendengarkan musik dari hand phone nya di deretan kursi depan kamar Dimas, ketika dia melihat mereka menuju ke arahnya.
            “Wah, gawat! Gue harus ngapain sekarang? Bilang ke Reyna kalau ada Runy atau apa? Ya ampun gue stress sendiri gini. Ah, iya. Gue langsung ke parkiran aja. Nanti gue tinggal sms ke Reyna kalau gue nunggu di sana. Yes, beres!” Deka lari menuju pintu lain rumah sakit itu menuju parkiran. Pesan singkat segera meluncur ke hand phone Reyna.
            To: Si Sibuk
            Rey, gue ada di parkiran. Cepetan woy!
            Dering sms menggetarkan saku kanan celana Reyna. Dia merogoh sakunya dan menerima pesan singkat. Dari Deka.
            To: Anak Apatis se-Jagad
            Ok, Ka.

            “Gitu, Rey. Gue bisa kan percaya sama lo? Please” Dimas memohon kepada Reyna. Dengan sedikit berat hati atas rencana Dimas, Reyna tetap mengangguk.
            “Oke, Dim. Gue pamit, ya.” Reyna menuju pintu, keluar, dan menutupnya pelan-pelan. Semoga tidak akan terjadi apa-apa dengan gue melakukan hal ini, kata Reyna dalam hati.
            Reyna berlari menuju parkiran agar cepat meninggalkan rumah sakit. Hatinya sangat tidak keruan hari itu. Dari kejauhan, Deka melambaikan tangan pada sahabatnya itu. Reyna hanya menaikkan alis kanannya, lalu langsung duduk di belakang Deka.
            Deka tertawa melihat raut wajah Reyna. “Enggak salah lagi pasti ada yang enggak beres, si Dimas ngapain lo, Rey?”
            Sembari membenarkan tempat duduknya di jok motor Deka, dia hanya menjawab, “Ada misi baru dan gue berharap ini cepat selesai.”

  •   

            Kamis. Pagi hari di sekolah adalah suasana paling nyaman menurutku. Di saat udara belum terkontaminasi oleh polusi, kondisi kelas masih bersih, dan koridor yang masih lengang. Aku sangat menyukai saat-saat seperti ini, apalagi ditambah dengan dua sahabat yang selalu mengisi hari-hariku. Deka dan Reyna.
            Hari ini aku berniat untuk bicara serius dengannya mengenai masalah Dimas. Aku merasa seperti anak kecil yang tidak bisa bertindak cepat, padahal hal seperti itu bisa diselesaikan dalam waktu singkat.
            Hanya aku dan dua orang teman lain yang sementara menghuni kelas ini. Aku memutuskan membaca buku Biologi, tetapi sebelum aku membuka halaman pertama, Reyna datang.
         Dia memilih tempat duduk di sampingku? Cepat-cepat aku membuka mulut agar tidak kehilangan kesempatan ini. Saat itu juga, Reyna langsung bicara. Kami sama-sama ingin bicara sesuatu.
            “Lo duluan aja,” kataku cepat. Reyna mengangguk. “Sebelumnya, gue minta maaf, Run. Gue udah kayak anak kecil, perbuatan gue ke lo itu sangat kekanak-kanakan. Maafin gue, ya. Please,” kata Reyna sembari memegang tanganku.
            Aku memeluk Reyna. “Lo itu sahabat gue, Rey. Dan gue enggak akan mau kehilangan sahabat. Nanti temen gue siapa? Haha,” kataku sambil melepas pelukan. Aku melanjutkan, “Intinya, gue juga mau minta maaf. Gue tuh enggak enak banget dicuekin sama lo, Deka udah cuek, masa lo mau cuek juga?” Kami tertawa di pagi itu, di kelas yang lengang.
            “Dan, gue punya kabar baik. Lo enggak usah khawatir karena gue sama Dimas itu enggak ada apa-apa. Kita bisa diskusi bareng di tempat les. Lo bisa diskusi bareng dia, dan kenal lebih dekat sama Dimas.” Kata-kataku terasa berat keluar dari mulut. Aku harus melakukan ini demi Reyna. Semoga dia senang dengan berita ini.
            Reyna menunduk. Beberapa lama hanya suara pensil diketuk-ketuk milik seorang teman. Akhirnya,  Reyna menatapku dan mengangguk, senyumnya mengembang. “Makasih, Run. Lo emang sahabat gue yang baik banget,” balas Reyna.

  •   

            Senin. Waktu kami bertiga les kembali. Aku sudah mempersiapkan mental untuk melihat kedekatan Reyna dengan Dimas hari ini. Dimas mengirimkan pesan singkat kemarin sore bahwa dia sudah dibolehkan pulang ke rumah.
            Deka yang selalu cuek, sekarang sedang bermain basket di lapangan sekolah. Setelah waktu istirahat tadi, guru kami tidak bisa masuk dan kami memutuskan untuk pergi ke lapangan luar.
            “Hari ini kita les, kan?” Deka yang berhasil memasukkan bola, teriak kepada aku dan Reyna. Kami membalasnya dengan berteriak pula. Kami bertiga tertawa. Sungguh indah saat aku bisa bersama kedua sahabatku ini. Aku berjanji akan menjaga mereka.
            “Yuk, langsung cabut kita!” Deka sangat bersemangat, telah dipegangnya kunci motor miliknya. Aku dan Reyna memutuskan naik angkot saja sementara Deka pergi duluan.
            Di perjalanan, kami membicarakan Ujian Nasional yang sudah di depan mata. Kami berdua berjanji akan melakukan belajar bersama di luar hari les. Selain itu, kami paling senang membicarakan sahabat kita yang tomboi itu. Sangat menyenangkan bergurau dengan sahabat seperti ini.
            Kesenangan itu mungkin tidak akan bertahan lama jika kami sampai tempat les.

  •   

Deka memakirkan motornya di depan tempat les. Sambil bersiul dia masuk dan memberi
salam kepada CS. Dia menuju lantai 4, masih bersiul, tetapi tiba-tiba berhenti saat di depan pintu kelas.
            “Dia? Tumben datang duluan. Dan dia ngapain bawa buket bunga? Gue enggak tahu namanya pula. Tanya atau enggak? Ah, gue intip dulu aja.” Deka penasaran, tidak memutuskan untuk masuk. Dia ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh Gama.
            Gama menulis sesuatu di suatu kertas menggunakan spidol warna-warni. Dimasukkannya ke dalam buket bunga yang beranggotakan melati dan mawar merah. Setelahnya, dia berkata sesuatu yang membuat Deka terperanjat. Pintu yang sedikit terbuka itu menjadi medium suara Gama untuk sampai ke telinga Deka dengan jelas.
            What? Buat Runy?!” pekiknya dalam hati.
(BERSAMBUNG)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eco Fun Go! Festival, Meet My New Family!

          Menjadi seorang volunteer Eco Fun Go! Festival adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Pandangan saya tentang volunteer menjadi lebih luas. Menjadi volunteer dalam acara besar ini ternyata tidak hanya menambah pengalaman saya, tetapi juga keluarga, informasi, juga motivasi baru. Mungkin terdengar ambisius, tetapi saat ada ‘lowongan’ untuk menjadi volunteer , hati saya tergerak untuk ikut karena sejujurnya jam terbang saya menjadi volunteer sangat minim. “Mungkin, ini kesempatan yang baik,” kata saya dalam hati waktu itu.            Apa yang membuat saya tertarik? Atau apa motivasi saya menjadi volunteer di Eco Fun Go! Festival? Ini adalah pertanyaan klise mungkin, kalau saja diadakan wawancara dari pihak Ecofun Community. Alhamdulillah, mereka sedang menyaring mahasiswa yang tinggal di sekitaran Bogor supaya mudah untuk mengadakan rapat dan segala persiapannya, mengingat hanya punya waktu kurang dari sebulan. Dan, saya termasuk.           Tapi, sa

Gelak Tawa dari Beragam Budaya

Viva La Komtung, kawan! Bahagia banget sih ada kontes blog review SUCI 5, jadi gue bisa memaparkan betapa sukanya gue dengan Stand Up Comedy ini. Awal gue suka sama SUCI itu tahun 2011 akhir, dimana SUCI 1 berlangsung, dan entah bagaimana gue langsung jatuh cinta sama SUCI. Gue ikutin terus acara Stand Up Comedy, entah acara tapping atau festival. Nah, yang paling ditunggu, ya, acara SUCI di KompasTV ini. Enggak kerasa, sekarang Season 5 udah kelar, dan enggak nyangka juga, cinta gue terhadap SUCI masih sama seperti 3,5 tahun lalu.             Percaya atau enggak, gue mencatat urutan-urutan komika yang tampil dari episode pertama sampai akhir. Ini gue awali dengan urutan di episode pertama, ya. Dan inilah komika-komika hebat yang bisa masuk ke tahap Show: 1.        Muhamad Tomi (TOMY) 2.        Ichsan Danny (BAIM) 3.        Indra Frimawan (INDRA) 4.        Rizky Ubaidillah (UBAY) 5.        Muhammad Rizki (RIGEN) 6.        Anjas Wira Buana (ANJAS) 7.        Barry

INAUGURASI MAXIMUSE #Magangers Batch VI Kompas Muda

     Yeah! Harus nulis lagi, berarti ada pengalaman baru lagi dari gue. Tanggal 11 Juli kemarin, MAXIMUSE atau batch gue di Kompas Muda, melaksanakan inaugurasi. Inaugurasi ini bukan pertemuan terakhir kita, hanya simbol bahwa Batch VI sudah menjadi keluarga besar Kompas! Hari yang susah buat dilupain, 11 Juli 2014. Hebohnya udah mulai dari pagi. Eh, malahan seminggu sebelumnya. Inget gak kita ribut nanya kostum apa yang mau dipake? Inget gak sehari sebelumnya kita, para perempuan bikin grup buat ngomongin catokan, hairspray, dan kawan-kawan, gara-gara gak mau ganggu kalian para laki-laki di grup MAXIMUSE? Inget gak waktu hari H kita pusing dandan di toilet, pusing mikirin pakai high heels atau flat shoes ? Inget gak para laki-laki, bingung jas dan kemeja serta dasi yang mau dipake? But, honestly, pada hari Jumat tanggal 11 Juli 2014, kita sudah tampil cantik dan ganteng kok hahaha. Hari itu, Magangers Batch V a.k.a Creafizoth udah keren banget bikin acara inaugurasi