Waktu adalah sebuah tipuan
Kadang terasa cepat, juga lambat
Tapi banyak yang menggunakannya menuju kesesatan
Tertipu
Berbagai aktivitas dilakukan
Tanpa memperhatikan kesehatan
Tanpa memberikan sedikit rehat
“Dari Ibnu
Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua
kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu
luang.” (HR.
Bukhari)
Sembilan belas
tahun di dunia. Menurutmu, apa yang seseorang telah lakukan selama itu di
dunia?
Tepat hari ini,
seseorang telah menapaki angka itu, meninggalkan delapan belas tahun di
belakang dengan sejuta keping kenangan dan beberapa harapan yang belum
tercapai, serta membawa setumpuk harapan untuk menjalani hidup selanjutnya.
Emosional, egoisme,
moody, sudah direvisi dari kamus seorang yang sudah menginjak sembilan belas tahun.
Hapus. Anggap tidak ada sebelumnya. Bukan lagi cara menyelesaikan suatu
masalah.
Apa yang
seharusnya dilakukan dan dipikirkan seorang sembilan belas tahun?
Ah, cita-cita
dan mimpi-mimpi idealis itu sudah pasti memenuhi kepala ini. Seorang sembilan
belas tahun bukan lagi seorang yang main-main dengan pikirannya. Bagaimana cara
menuju mimpinya adalah pikiran pertama dan utama. Hanya butuh satu pertanyaan
tentang mimpi atau satu kalimat pancingan tentang cita-cita, seorang sembilan
belas tahun akan bicara panjang lebar. Menurut saya.
Oh, menikah.
Mengapa marak sekali perbincangan tentangnya? Calon, pelaminan, tempat resepsi,
adat yang dipakai, dan hal kecil lainnya memenuhi obrolan. Atmosfer hari ini,
tidaklah sama dengan atmosfer 3 tahun lalu, 5 tahun lalu, apalagi 10 tahun
lalu. Seorang sembilan belas tahun sudah tidak memikirkan makan apa di kantin,
pergi main kemana, atau nimbrung masalah percintaan orang yang berujung
membicarakan hal tidak penting. Bukan, sudah bukan itu lagi, seharusnya.
Kata-kata ini
lalu muncul sebagai suatu yang menarik dan harus digapai, bukan lagi sebagai
iklan selewat. Komunitas, Seminar, Unit Kegiatan Mahasiswa, Forum, Discussion
Group, Aksi, dan sebagainya. Itu salah satu aktivitas yang digandrungi
mahasiswa, termasuk seorang sembilan belas tahun ini. Dalam rangka apa?
Memantaskan diri.
Apa yang
sebenarnya dicari? Cerita. Sejarah. Itu yang sebenarnya seorang sembilan belas
tahun ke atas cari. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan, yang akan diceritakan.
Tidak jarang pengalaman seseorang menjadi inspirasi bagi khalayak masyarakat.
Iya, tanpa sadar. Sebenci-bencinya seseorang dengan sejarah, pada hakekatnya
seseorang telah mengukir sejarahnya sejak kecil. Untuk apa? Dibagikan dan
dijadikan pelajaran ke generasi berikutnya.
Luar biasa.
Sukses, bagi seorang sembilan belas tahun mungkin masih rumit dan terkesan
hebat. Tanpa disadari, semakin bertambahnya usia, ukuran sukses bukan lagi
direktur utama atau pemilik saham. Karena mereka memaknai sukses sebenarnya.
Maka, itu menjadi PR seorang sembilan belas tahun agar memaknai kesuksesan
sebenarnya.
Terima kasih
ibu, ayah, eyang, serta dua adik saya. Terima kasih teman SD-SMP-SMA-Kuliah
yang masih sering mendengarkan dan ingin didengar. Terima kasih guru dan dosen
yang mentransfer banyak ilmu dan tidak akan tergantikan dengan uang. Terima
kasih atas do’a yang terpanjat, terdengar, dan semoga terkabul. Semoga do’a
yang baik kembali kepada kalian semua. Karena sesungguhnya hari mengulang
tanggal dan bulan lahir tidak untuk dirayakan, tapi direnungkan. Manusia adalah
gudang kesalahan dan tidak dapat dipungkiri. Jangan pernah merasa tinggi hati
dan rendah diri. Derajat seseorang hanya diukur dari ketaqwaan terhadap-Nya,
bukan jabatan atau usia. Salam sukses!!
Penapak,
Raden Ajeng
Faadhila Ramadhanti M.
Komentar
Posting Komentar