Langsung ke konten utama

'Disruptive' di 21 Juni



                 

          Jadi  gini, readers. Gue ingin meminta maaf karena sedikit ingkar janji. Padahal postingan setelah ‘Bunga Tidur’ harusnya membahas disruption teknologi saat ini. Disruptive innovation yang sering disebut-sebut para intelek. Tapi, hari ini aku harus mengulas seseorang, yang tak kalah ‘disrupting’ di kehidupan gue. Hehe, canda.
            Mulai dari mana nih, Nav? Iya, jadi seseorang yang ingin gue bahas adalah wanita keturunan Medan tetapi telah merasakan pahit-asam-manis-asin kehidupan di Depok, Navila Purba. Kenapa gue bisa tahu dia di awal perjumpaan di CCR? Usut punya usut, ternyata dia ini salah satu teman saudara gue di SMAN 5 Depok. Mungkin itu ya, Nav, yang membuat kita akhirnya deket? Cie.
            Terkhusus wanita satu ini, yang gak pernah gak ngebut kalau udah sama motornya, kayanya cuma di tulisan ini gue mengucapkan beribu terima kasih. Terima kasih karena sudah hadir di sejarah kehidupan perkuliahan gue. Terima kasih sudah menjadi reminder kebaikan dimanapun dan kapanpun. Terima kasih karena selalu menyadarkan betapa berharganya wanita. Terima kasih karena sudah menjadi sahabat di dunia dan semoga sampai di surgaNya.
            Sepertinya banyak pelajaran kehidupan yang dapat gue ambil darinya. Bagaimana dia selalu menjadi penenang di kala gue panik. Yang selalu menjadi pemecah tawa di kala gue sedih. Yang tidak pernah bosan menegur ketika sahabatnya ini salah. Yang menjadi salah satu panutan dalam memimpin. Yang mengajarkan tentang kesabaran. Yang menaruh harga diri di tingkat paling atas. Yang sangat mengerti bahwa kita memang berbeda.
            Yes! Dia adalah sosok sebenar-benarnya ENTP. Extrovert, Intuitive, Thinking, Perceiving. Kita berbeda dalam arti yang sebenarnya jika dilihat dari hasil tes MBTI. Sedangkan aku adalah sebenar-benarnya pemilik sifat ISFJ. Introvert, Sensing, Feeling, Judging. Konflik antara kita memang susah untuk dihindari, bahkan hampir setiap hari. Tapi, bukankah itu dibutuhkan dalam persahabatan? Ya, aku setuju. Apalagi dia.
            Sudah 2 semester kita lewati di kampus SB tercinta. Banyak kejadian menyenangkan juga menyedihkan yang membersamai kita. Walaupun gue juga sering kesel sama orang ini, tapi setelahnya kita selalu bisa baikan. Haha. Dan hari ini, sosok yang menggilai drama korea ini bertambah usia. Tidak ada yang lebih diharapkan kecuali kebaikan dan berkah yang semoga selalu dicurahkan kepadanya. Kita sepakat tidak ada lilin, kan? Wkwk. Sepakat dalam kebaikan dan itu yang selalu berhasil dia sampaikan. Tidak terlalu terlihat fanatik, tidak terkesan ‘harus kayak gini!’, tapi pesan kebaikan itu sampai dengan baik dan bisa diresapi.
            Sukses ya, Nav! Apalah gue tidak jago desain, jadi hanya bisa menulis ini. Ingat, di dunia nyata gue tidak akan mengucapkan selamat ulang tahun atau terima kasih atau hal-hal yang sudah gue tuliskan disini. Sekali lagi, semoga usia sekarang menjadi awal kesuksesan yang lebih lagi. Awal untuk pencapaian-pencapaian lain yang lebih tinggi tanpa melupakan bahwa masih ada yang perlu uluran tangan kita.
            Last but not least. Amanah itu tidak pernah salah pundak, kan? Semangat dan ikhlas mengerjakan semua aktivitasnya. Terima kasih kalau gue masih dipercaya menjadi teman diskusi. Semoga terbayar lunas semua keringat yang telah mengucur dari dahimu. Semoga ini termasuk perjalanan memantaskan diri, untuk dia yang suatu hari akan datang ke rumah dan menemui orangtuamu. Aamiin.

Notes: Untuk yang daritadi request minta dimasukkin ke blog gue. Lunas, ya! Kapan nge-vlog lagi?

Baranangsiang Indah
21 Juni 2017
23.59

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelak Tawa dari Beragam Budaya

Viva La Komtung, kawan! Bahagia banget sih ada kontes blog review SUCI 5, jadi gue bisa memaparkan betapa sukanya gue dengan Stand Up Comedy ini. Awal gue suka sama SUCI itu tahun 2011 akhir, dimana SUCI 1 berlangsung, dan entah bagaimana gue langsung jatuh cinta sama SUCI. Gue ikutin terus acara Stand Up Comedy, entah acara tapping atau festival. Nah, yang paling ditunggu, ya, acara SUCI di KompasTV ini. Enggak kerasa, sekarang Season 5 udah kelar, dan enggak nyangka juga, cinta gue terhadap SUCI masih sama seperti 3,5 tahun lalu.             Percaya atau enggak, gue mencatat urutan-urutan komika yang tampil dari episode pertama sampai akhir. Ini gue awali dengan urutan di episode pertama, ya. Dan inilah komika-komika hebat yang bisa masuk ke tahap Show: 1.        Muhamad Tomi (TOMY) 2.        Ichsan Danny (BAIM) 3.        Indra Frimawan (INDRA) 4.        Rizky Ubaidillah (UBAY) 5.        Muhammad Rizki (RIGEN) 6.        Anjas Wira Buana (ANJAS) 7.        Barry

Eco Fun Go! Festival, Meet My New Family!

          Menjadi seorang volunteer Eco Fun Go! Festival adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Pandangan saya tentang volunteer menjadi lebih luas. Menjadi volunteer dalam acara besar ini ternyata tidak hanya menambah pengalaman saya, tetapi juga keluarga, informasi, juga motivasi baru. Mungkin terdengar ambisius, tetapi saat ada ‘lowongan’ untuk menjadi volunteer , hati saya tergerak untuk ikut karena sejujurnya jam terbang saya menjadi volunteer sangat minim. “Mungkin, ini kesempatan yang baik,” kata saya dalam hati waktu itu.            Apa yang membuat saya tertarik? Atau apa motivasi saya menjadi volunteer di Eco Fun Go! Festival? Ini adalah pertanyaan klise mungkin, kalau saja diadakan wawancara dari pihak Ecofun Community. Alhamdulillah, mereka sedang menyaring mahasiswa yang tinggal di sekitaran Bogor supaya mudah untuk mengadakan rapat dan segala persiapannya, mengingat hanya punya waktu kurang dari sebulan. Dan, saya termasuk.           Tapi, sa

'What If' Melihat dari Sisi Yang Berbeda dari Orang Lain

 Emang bener ya, kalo sisi yang kita liat beda dari orang lain itu gimana rasanya. Beda gitu kan rasanya, terus jadi minoritas, terus minoritas juga pendukungnya, seperti ditelan bumi. Kenapa ya ide yang terkadang bagus malah ditolak? Alasannya? Keperluan mayoritas. Kesannya tuh jadi kayak "Ini kan punya kita, kenapa denger omongan orang yang malah nurunin kualitas?" Greget banget hahaha. Gue ngeliatnya kok malah jadi semaunya sendiri. Hak nya jadi cuma berat sebelah. Apa mungkin pihak itu belum mengerti, apa itu kerja dalam tim? Entahlah. Gue merasa kerja keras disini tidak berbanding lurus sama hasilnya kelak. Salah gue ya? Gak sih, gue nya aja belum terbiasa. Mungkin ini ujian. Kesenjangan sosial pun masih ada, heran. Diskriminasi pun masih terasa, jujur aja gue gak nyaman sama keadaan sekarang. Mungkin senyum gue itu berarti "sama sekali gak nyaman", makanya gue senyum. Maaf ya ini, tapi kenyataan, sedih gue juga, gak mau sok-sok senyum di depan orang.... Intin