Kalau udah tahu orang lain salah, terus gimana? Bertindak atau tetap diam?
Kebanyakan dari kita emosi di awal, emang iya nyebelin. Tapi, solusi untuk membuat orang yang salah itu sadar dengan apa? Dengan balas dendam, yang berarti melakukan hal salah yang sama? Is that a solution? I don't think so.
Kita sadar sebagai manusia, khilaf bukan lagi kosakata yang asing. Sekarang, kosakata toleransi ada di dalam otak manusia, tidak? Bersyukurlah yang punya, yang belum punya, silakan belajar. Fakta membuktikan bahwa kita memang terlalu jeli melihat kesalahan orang, sehingga kesalahan sendiri tidak terlihat. Lucu? Iya.
Gue nulis ini berdasarkan kenyataan, Blogger. Ini kisah yang ada di lingkungan gue. Pikiran manusia emang suka bercabang, keseringan malah. Salah diri sendiri nggak digubris, salah orang lain layaknya rumah kebakaran, heboh. Lebih toleransi bisa? Karena setiap manusia pasti punya salah, kalau setiap manusia tidak kenal toleransi, apa jadinya? Main hakim sendiri? Main lego aja gak becus.
Sepertinya, masih banyak yang lebih penting yang pantas dipikirkan. Biarlah "orang yang salah" itu dan Tuhannya yang tahu. Terlihat klise, tapi memang begitu, kan? Harusnya kita yang masih kenal dengan kebenaran, membantu menyadarkan, bukan melakukan hal lebih ekstrim untuk menandingi si "orang yang salah."
Kasarnya, "Emang lo penanggung jawab atas kesalahan si "orang yang salah" nanti di akhirat? Emang lo juga bantu si "orang yang salah" menjawab pertanyaan dari malaikat?" Kalo jawabannya "Tidak," mari memikirkan hal yang jauh lebih penting. Tapi, jika jawabannya "Iya," gue bisa apa? :)
Kebanyakan dari kita emosi di awal, emang iya nyebelin. Tapi, solusi untuk membuat orang yang salah itu sadar dengan apa? Dengan balas dendam, yang berarti melakukan hal salah yang sama? Is that a solution? I don't think so.
Kita sadar sebagai manusia, khilaf bukan lagi kosakata yang asing. Sekarang, kosakata toleransi ada di dalam otak manusia, tidak? Bersyukurlah yang punya, yang belum punya, silakan belajar. Fakta membuktikan bahwa kita memang terlalu jeli melihat kesalahan orang, sehingga kesalahan sendiri tidak terlihat. Lucu? Iya.
Gue nulis ini berdasarkan kenyataan, Blogger. Ini kisah yang ada di lingkungan gue. Pikiran manusia emang suka bercabang, keseringan malah. Salah diri sendiri nggak digubris, salah orang lain layaknya rumah kebakaran, heboh. Lebih toleransi bisa? Karena setiap manusia pasti punya salah, kalau setiap manusia tidak kenal toleransi, apa jadinya? Main hakim sendiri? Main lego aja gak becus.
Sepertinya, masih banyak yang lebih penting yang pantas dipikirkan. Biarlah "orang yang salah" itu dan Tuhannya yang tahu. Terlihat klise, tapi memang begitu, kan? Harusnya kita yang masih kenal dengan kebenaran, membantu menyadarkan, bukan melakukan hal lebih ekstrim untuk menandingi si "orang yang salah."
Kasarnya, "Emang lo penanggung jawab atas kesalahan si "orang yang salah" nanti di akhirat? Emang lo juga bantu si "orang yang salah" menjawab pertanyaan dari malaikat?" Kalo jawabannya "Tidak," mari memikirkan hal yang jauh lebih penting. Tapi, jika jawabannya "Iya," gue bisa apa? :)
Komentar
Posting Komentar